Jakarta – Di bawah langit malam yang teduh, suasana akrab terasa di Jl. Cipinang Pulo, RT 12, RW 12, dekat SMP 243, saat jajaran Polsek Jatinegara menggelar acara Ngopi Kamtibmas bersama warga, pada Selasa (15-10-2024) dini hari.
Ini bukan sekadar minum kopi biasa, kegiatan ini merupakan wujud nyata kedekatan antara polisi dan masyarakat, di mana mereka berkumpul untuk mendengarkan keluh kesah, bertukar ide, dan merajut solusi bersama.
Dipimpin oleh Bhabinkamtibmas, kegiatan ini juga dihadiri oleh berbagai pihak penting. Turut hadir Babinsa Sertu Tarsono, anggota Satpol PP Putra, Ketua FKDM Rustiani, serta para Ketua RW dan RT setempat.
Warga pun tak kalah antusias untuk berbagi pengalaman dan masalah yang mereka hadapi di lingkungan sekitar.
Pada kesempatan itu, keamanan wilayah menjadi topik utama. Kasus tawuran remaja yang terjadi dini hari sebelumnya, pada pukul 01.30 WIB, menjadi perhatian serius.
Melalui diskusi santai namun penuh makna, para tokoh masyarakat dan aparat keamanan bersama-sama mencari solusi untuk mencegah peristiwa serupa terulang.
“Banyak anak remaja yang terlibat, dan kami khawatir kejadian ini akan merusak rasa aman di lingkungan,” ujar salah seorang warga.
Suara kekhawatiran ini ditanggapi oleh pihak kepolisian dengan langkah-langkah konkrit, seperti memperbaiki pagar pembatas dan memperketat pengawasan di sekitar lokasi rawan tawuran.
Selain itu, ada kesepakatan untuk mengundang para remaja yang terlibat tawuran, guna membina mereka agar tidak terjerumus dalam tindakan negatif. Kapolsek Jatinegara, Kompol Chytia Intania Kusnita, SH, melalui giat ini, menegaskan komitmennya untuk mewujudkan lingkungan yang aman dan nyaman.
“Saat polisi dan masyarakat bekerjasama, keamanan bukan lagi tanggung jawab satu pihak saja, tapi tanggung jawab kita bersama,” ungkapnya di sela-sela acara. Acara ditutup dengan doa bersama dan sesi foto sebagai simbol kebersamaan yang kuat antara aparat dan warga.
Ngopi Kamtibmas ini bukan hanya ajang bincang-bincang biasa, tetapi menjadi wadah yang hidup di mana warga bisa merasa dilindungi, didengarkan, dan dilibatkan dalam menjaga ketertiban di lingkungan mereka.
