Praja Jogja Goncang TMII, Pecahkan Rekor Muri Pentas Campursari Terlama 120 Jam Nonstop

Inlink.id Jakarta, Praja Jogja salah satu Paguyuban Masyarakat Jogjakarta bersama Kantor Badan Penghubung Daerah Provinsi DIY menggelar Gebyar Musik Indonesia Campur Sari 120 jam Nonstop yang memecah Rekor Muri Pentas Terlama, yang digelar di Pendopo Anjungan Jogjakarta Taman Mini Indonesia selama 5 hari 6 malam nonstop yang dimulai dengan pada 29 Oktober pukul 20 wib, dan penutupan 3 November pukul 20.00 wib.

Dalam gelar Gebyar Musik Indonesia Campur Sari 120 jam Nonstop tersebut diikuti oleh 31 peserta grup Campursari yang menampilkan gaya masing masing ciri khas grupnya.

Ketua Umum Praja Jogja Sastro Haryanto saat diwawancarai wartawan menjelaskan bahwa, “Praja Jogja salah satu Paguyuban Masyarakat Jogjakarta ini, telah mengadakan Gebyar Musik Indonesia Campursari Pentas Terlama ini sebanyak 3 kali. Yang pertama diadakan di Jogjakarta di gunung Kidul untuk 90 jam Nonstop, yang kedua kalinya di Wonogiri untuk 100 jam Nonstop dan yang ketiga di Pendopo Anjungan Jogjakarta Taman Mini Indonesia selama 5 hari 6 malam nonstop, yang memecah Rekor Muri Pentas Terlama 120 jam Nonstop.
Kedepannya selesai acara ini kita akan mengadakan seminar dengan tujuan nanti dapat menerbitkan atau pengesahan yang disepakati oleh pihak terkait yang profesional, akademisi dan para pemerhati budaya.
Tujuannya nanti Campursari ini punya tatatertip atau undang undang dan aturan agar dalam pelestarian dan pengembangan lebih teratur dan terarah. Silahkan dengan kreasinya masing masing yang baru, agar nanti tidak terjadi hal yang tak diinginkan, ” ucapnya.

Ditempat yang sama Ketua Paguyuban Jawa Tengah Sejagat, KRT Drs. H Leles Sudarmanto Dipuro, MM,MBA juga mengaku bersyukur hari ini Campursari Paguyuban Jawa Tengah tampil mensupport PRAJA DIY dengan kegiatan pemecahan Rekor MURI Campursari 120 jam nonstop, karena dalam pelestarian dan pengembangan Seni Budaya Tradisi tak lepas dari peran pemerintah, untuk itu semua elemen masyarakat harus mendukungnya.

Kedepan barangkali sosialisasinya lebih digaungkan, sehingga peserta maupun pengunjung yang menyaksikan Kesenian Campursari seperti ini semakin banyak, serta para perantau-perantau yang ada di Jakarta dapat mengambil partisipasi yang besar.

Pemecahan rekor MURI Campursari sebelum sudah dilakukan dengan 90 jam nonstop, kamudian tahun lalu di Wonogiri dengan 100 jam nonstop pelaksanaannya Mas Sastro, kebetulan produsernya orang PAKARI pak Soeharto, dan hari ini dinaikkan jadi 120 jam nonstop, oleh PRAJA DIY, dan saya peduli campursari itu sudah tahun 2003, ada campursari Gladak, klinik campursari di TVRI. 3 tahun itu saya sebagai produser yang menggawangin Topan Lesus dan artis-artis pelawak di Indonesia. Sebab itu saya tidak henti-hentinya mengajak perantauan Jawa Tengah, Jawa Timur maupun Yogyakarta untuk terus melestarikan dan mengembangkan seni tradisi khususnya Campursari, tegas KRT Leles Sudarmanto.

Tokoh masyarakat yang juga Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara, Mayor Jenderal (Purn) Hendardji Soepandji usai membawakan beberapa lagu Campursari karya Seniman Manthos mengaku mengapresiasi PRAJA DIY yang telah menggelar Kesenian Campursari 120 jam nonstop hingga meraih penghargaan dari Museum Rekor Indonesia sebagai Pergelaran Campursari terlama.

Dimana pagelaran budaya seperti ini memang harus dilakukan secara maraton, kalau hari ini Anjungan Yogyakarta menampilkan Campursari 120 jam nonstop, diharapkan Anjungan lain di TMII maupun Pemerintah Daerah bisa menampilkan kesenian lain, karena Pergelaran budaya itu memiliki aspek yang luas, dan berdampak positif dalam perekonomian masyarakat.

Kalau budaya itu hanya disiarkan hanya satu jam atau dua jam, itu tidak Efektif, tapi Kalau seperti ini kan 120 jam, itu menjadi hal yang luar biasa, saya berharap budaya menjadi kebiasaan masyarakat, karena budaya bisa diwujudkan dengan berbusana, budaya kuliner, musik, tari maupun budaya yang lain, kalau seni budaya bisa berkembang, maka UU Cipta kerja tidak perlu lagi, karena budaya juga mampu membuka lapangan kerja, budaya itu hendaklah menjadi keseharian masyarakat Indonesia papar Hendardji.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Marsekal Madya Purnawirawan Daryatmo yang juga membawakan lagu karya Manthos dalam ajang pemecahan Rekor MURI Campursari 120 jam nonstop, berharap budaya bisa tetap di hati masyarakat Indonesia, apalagi musim Pilpres juga Pemilu 2024 ini, “budaya harus menjadi perekat” dengan kegiatan budaya seperti ini akan mempersatukan bangsa, demikian juga pemecahan rekor MURI akan memberikan apresiasi dan semangat para seniman untuk terus berkarya. berangkat dari komitmen dan kesungguhan orang-orang perantauan Jawa Tengah dan Jogjakarta untuk mempertahankan budaya tradisi agar tidak tergerus jaman, dengan banyaknya serangan budaya dari luar ke Indonesia,” harapnya.

Selanjutnya Pemilik Rumah makan Raja Sego Kucing, serta Pengurus Paguyuban PASENDAWA, Ferry Harto yang juga seorang Pengusaha asal Wonogiri, membulatkan tekadnya dan mengapresiasi untuk mendukung penuh kegiatan pemecahan rekor MURI 120 jam nonstop.
Fery berharap kedepan terus ditingkatkan, baik ivennya maupun karya lagu campursari, dan akan muncul seniman Campursari sekelas Manthos dan Didi Kempot,” harapnya.

“Saat ini banyak budaya asing yang digandrungi anak-anak muda, untuk itu kita ingin pemuda Indonesia kembali mencintai budaya sendiri, kita berjuang demi kemajuan masyarakat dan bangsa, tegas Ferry Harto. (Andy.S)

Pos terkait