Wartawan Media Online Jadi Mentimun Bungkuk Dilingkungan Instansi Pemerintah

Andy Sagita
Ketua Forum Wartawan Jaya Indonesia Jaktim

Jakarta, “Wartawan Media Online jadi Mentimun Bungkuk di Instansi Pemerintah, Masuk Karung tapi Tak Masuk Hitungan” adalah sebuah perumpamaan atau ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan situasi lapangan di mana wartawan media online dianggap tidak memiliki pengaruh atau diabaikan oleh pihak yang berwenang.

“Mentimun bungkuk” mengacu pada kondisi mentimun yang terlipat atau tidak tegak, yang dalam konteks ini menggambarkan wartawan media online yang dianggap tidak memiliki keberanian atau kekuatan untuk melawan atau mempengaruhi keputusan atau tindakan pihak yang berwenang.

“Masuk karung tapi tak masuk hitungan” menggambarkan situasi di mana wartawan media online dianggap tidak penting atau tidak dihitung dalam hal pengambilan keputusan atau penilaian.

Wartawan media online memiliki peran yang sangat penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Namun, sayangnya, dalam banyak instansi pemerintah, peran mereka sering diabaikan dan dianggap sepele.

Mereka seringkali dianggap sebagai *Mentimun Bungkuk* yang hanya dimanfaatkan untuk kepentingan pemerintah tanpa mendapatkan pengakuan yang pantas.

Salah satu alasan mengapa wartawan media online sering diabaikan adalah karena kurangnya pemahaman tentang peran mereka dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

Banyak instansi pemerintah masih berpegang pada pandangan lama bahwa media online hanya berfungsi sebagai alat promosi pemerintah, bukan sebagai media independen yang bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang objektif dan akurat.

Selain itu, wartawan media online juga sering menghadapi tantangan dalam mengakses informasi dari instansi pemerintah. Mereka seringkali dihadapkan pada birokrasi yang rumit dan prosedur yang memperlambat akses mereka terhadap informasi yang dibutuhkan.

Hal ini membuat mereka sulit untuk melaporkan berita dengan cepat dan akurat, sehingga mengurangi kebermanfaatan mereka sebagai sumber informasi yang dapat diandalkan.

Tidak hanya itu, wartawan media online juga sering menghadapi tekanan dan intimidasi dari pihak-pihak yang tidak setuju dengan pemberitaan mereka.

Mereka seringkali menjadi sasaran serangan verbal dan bahkan fisik, yang mengancam kebebasan pers dan menghambat mereka dalam melaksanakan tugas jurnalistik mereka dengan baik.

Bila dilihat sekilas, mereka para wartawan online ini diciptakan seperti mitra dari humas sebuah instansi. Dan mereka para wartawan media online dibuatkan Grup Whatsapp Mitra bersama humas di instansi tersebut, yang gunanya adalah untuk mempublikasikan segala macam rilis kegiatan kegiatan yang dilaksanakan, yang terkadang jumlah rilisnya dari 10 sampai 15 rilis perhari. Mereka perbulan hanya dapat sekedar pengganti pulsa, yang tidak seimbang dengan apa yang mereka berikan kepada instansi tersebut. Bahkan ada juga yang tidak dapat sama sekali. Tidak dipungkiri juga ada intansi lain yang mengirim rilis kegiatan mereka dengan jumlah 2 atau 3 rilis perhari.

Tapi yang sangat disayangkan, saat ada agenda agenda yang dilaksanakan, para wartawan media online yang ada di Grup Mitra tersebut jarang diundang, dengan alasan klasik, “Tidak ada anggaran medianya”.
Yang diundang justru mereka para wartawan lain yang tidak ada di Grup Whatsapp Mitra tersebut. Disinilah maka wartawan media online disebut seperti Mentimun Bungkuk, yang artinya mereka masuk karung tapi tidak masuk hitungan.

Ada sebuah contoh yang baru saja terjadi. Pada sebuah acara Sertijab yang tidak perlu saya sebutkan instansinya.

Pada acara sertijab tersebut, humas memang tidak mengundang Media Mitra yang ada digrup.
Cuma karena ada bocoran, para wartawan yang merasa menjadi Mitra di instansi tersebut pada datang. Dan kehadiran mereka diterima, bahkan di absen dan diberi kartu tanda liputan. Dan saat acara selesai mereka dilepas begitu saja. Bahkan humasnya pun nyaris tak kelihatan, alias menghilang.
Hal ini sangat terkesan menzolimi para wartawan yang mereka anggap mitra.

Mereka wartawan tak berani membantah atau berdebat. Mungkin ini faktor kebutuhan dalam pekerjaan mereka sebagai pencari berita.

Dalam menghadapi tantangan seperti ini, penting bagi instansi pemerintah untuk mengakui peran penting Wartawan Media Online dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat. Mereka harus memberikan akses yang lebih mudah dan transparan kepada Wartawan Media Online untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.

Selain itu, perlindungan terhadap kebebasan pers juga harus ditingkatkan, sehingga wartawan media online dapat melaksanakan tugas mereka tanpa takut akan tekanan dan intimidasi.

Dalam kesimpulannya, peran wartawan media online dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat tidak boleh diabaikan. Mereka adalah pilar penting dalam menjaga kebebasan pers dan memberikan informasi yang objektif dan akurat kepada masyarakat.

Oleh karena itu, instansi pemerintah harus memberikan pengakuan yang pantas kepada Wartawan Media Online dan memastikan akses mereka terhadap informasi yang dibutuhkan.

Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa kebebasan pers tetap terjaga dan masyarakat mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. (Andy.S)

Pos terkait